Sunday, June 7, 2015

Si Nakal Shigella dysenteriae

           Kalau dilihat dari namanya pasti kalian sudah mengira bahwa bakteri tersebut adalah salah satu penyebab penyakit disentri, yes right? Kenapa sih disebutnya si nakal? Karena bakteri tersebut kebanyakan menyerang anak-anak pada usia 6bulan sampai 10tahun, kebayang dong kasiannya mereka pada usia sekecil itu sudah merasakan disentri basiler (diare berdarah “bloody diarrhea”). Sudah terbukti data penyakit disentri basiler di Indonesia memperlihatkan 29% kematian diare terjadi pada anak usia 1-4 tahun (Edmundson SA, Edmundson WC. Diarrhoea in India and Indonesia). Sistem kekebalan tubuh anak pada usia tersebut masih tergolong rendah, sehingga memungkinkan Shigella dysenteriae dengan mudah masuk ke dalam tubuh anak.



Apa sih bakteri Shigella dysenteriae?
            Saya kenalin bakteri Shigella dysenteriae terlebih dahulu ya. Shigella dysenteriae ditemukan oleh Shiga (1889 & 1901), Kruse (1900), dan Schmitzii (1927). Shigella dysenteriae merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk basil dan lurus, non-motil, fakultatif anaerob, tidak berspora, tidak berkapsul, tergolong dalam bakteri non-fotosintetik (termasuk patogen), suhu optimum mencapai 37ºC, berada pada pH 6,4-7,8, ukuran Shigella dysenteriae sekitar 2-3μm x 0,5-0,7μm, susunannya tidak teratur dan mampu menghasilkan cytotoxin (Shigaracun). Koloni Shigella dysenteriae berbentuk konveks, bulat, transparan dengan pinggir utuh dan berukuran mencapai 2nm. Biasanya bakteri ini menyebar pada faktor lingkungan yang sangat tidak sehat, tinja adalah penyebab penyebarannya, misalnya makanan yang terkontaminasi tinja manusia yaitu makanan yang tidak dimasak sampai matang atau masih mentah (karedok, salad), hal ini terjadi apabila menggunakan tinja manusia sebagai pupuk.



Dimanakah habitatnya?
            Menurut World Health Organization (2005) “habitat Shigella dysenteriae terdapat pada usus besar manusia yang berisi makanan dan minuman yang terkontaminasi, bakteri ini umumnya bertahan buruk di luar tubuh manusia, karena tidak tahan terhadap sinar matahari langsung dan suhu tertentu”. Jelas bakteri tersebut bertahan pada tubuh manusia, karena suhu optimumnya 37ºC dimana pada suhu tersebut adalah suhu normal manusia.




Kapan peranannya saat merugikan dan menguntungkan?
            Shigella dysenteriae memiliki peranan merugikan dalam ekosistem, seperti yang telah dijelaskan di atas, bakteri ini termasuk ke dalam bakteri pathogen yang dapat merugikan manusia di dalam saluran pencernaan, dengan terjadinya diare berdarah. Untuk peranan positifnya, protein pili Shigella dysenteriae 95 kDa sebagai protein adhesin pada enterosit mencit galur balb/c (selengkapnya bisa dibuka di http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/19762). Dikarenakan bakteri tersebut bersifat pathogen, jadi saya pun sulit untuk menemukan peran menguntungkan lainnya terhadap ekosistem, sorry ya guys referensi yang saya temukan rata-rata menyebutkan Shigella dysenteriae berdampak negatif.


Bagaimana sifat biokimia pada bakteri Shigella dysenteriae?
Sifat biokimia yang khas adalah negatif pada reaksi fermentasi adonitol, tidak membentuk gas pada fermentasi glukosa, tidak membentuk H2S, negatif terhadap sitrat, DNAse, lisin, fenilalanin, sukrosa, urease, VP, monitol, laktosa (Jawetz, 2005).

Mengapa bakteri Shigella dysenteriae bisa sangat merugikan?
Karena penyakit ini tergolong ke dalam penyakit menular dan mematikan, bila anak ditempatkan dipenitipan anak, panti asuhan, maupun di sekitar banyak orang akan berpeluang besar bagi bakteri tersebut untuk menyebar. So, kalau mau kemana-mana harus liat kondisi tempat dan orang sekitar ya guys, karena jika kita menyentuh benda atau bagian tubuh yang terkontaminasi bakteri yang awalnya disentuh si penderita yang tidak mencuci tangan, kita bisa terinfeksi guys.



Bagaimana solusi untuk penderita?
Solusi yang tepat untuk mengatasi “bloody diarrhea” adalah dengan memberikan oralit atau anda dapat meracik sendiri dengan 200cc air hangat ditambahkan 1sdt gula dan ¼sdt garam. Adapun pengobatan herbalnya dengan menggunakan kulit buah rambutan, kulit mahkota dewa, dsb (selengkapnya kunjungi web http://disentri.org/).


Siapa yang memberikan solusi untuk penderita?
Dengan kondisi penyakit yang sangat parah ini, para medis mengusulkan untuk memberikan antibiotik kepada penderita. Justru nakalnya Shigella dysenteriae ternyata menunjukkan resistensi tinggi terhadap ampisilin, tetrasiklin, trimetiprim-sulphamerhoxazole, dan kloramfenikol, yaitu obat yang biasa digunakan untuk manajemen Shigellosis di Tanzania (Tanzania Health Research Bulletin, 2007). Maka ada baiknya dengan menggunakan obat herbal yang telah dijelaskan di atas.

Daftar Pustaka
Jawetz, Melnick and Adelberg. 2005. Medical Microbiology. Salemba Medica Page:353-357
World Health Organization, 2005, Guidelines for the control of shigellosis, including epidemics due to Shigella dysenteriae type 1.
Edmundson SA, Edmundson WC. Diarrhoea in India and Indonesia. Didapat dari: URL: http://www.midcoast.com.au/edmundsons/c8 . diakses pada tgl 6 Juni 2015 pukul 23.15 WIB
Niyogi, S. “Shigellosis” The Journal of Microbiology. 2005. Volume 43.p.133-43 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Retrieve&dopt=AbstractPlus&list_uids=15880088&query_h1=4&itool=pubmed_docsum . diakses pada tgl 6 Juni 2015 pukul 21.30 WIB
Putri Nurul Munfaati*, Evie Ratnasari, Guntur Trimulyono. LenteraBio Vol. 4 No. 1, Januari 2015. http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio . diakses pada tgl 6 Juni 2015 pukul 19.30 WIB
Tanzania Health Research Bulletin (2007), Vol. 9, No. 3 http://www.bioline.org.br/pdf?rb07032 . diakses pada tgl 6 Juni 2015 pukul 22.00 WIB