Apa
sih bakteri Shigella dysenteriae?
Saya kenalin bakteri Shigella dysenteriae terlebih dahulu ya.
Shigella dysenteriae ditemukan oleh
Shiga (1889 & 1901), Kruse (1900), dan Schmitzii (1927). Shigella dysenteriae merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk basil dan lurus,
non-motil, fakultatif anaerob, tidak berspora, tidak berkapsul, tergolong dalam
bakteri non-fotosintetik (termasuk patogen), suhu optimum mencapai 37ºC, berada
pada pH 6,4-7,8, ukuran Shigella dysenteriae sekitar 2-3μm x 0,5-0,7μm, susunannya tidak
teratur dan mampu menghasilkan cytotoxin (Shigaracun). Koloni Shigella dysenteriae berbentuk konveks, bulat, transparan dengan
pinggir utuh dan berukuran mencapai 2nm. Biasanya bakteri ini menyebar pada faktor
lingkungan yang sangat tidak sehat, tinja adalah penyebab penyebarannya,
misalnya makanan yang terkontaminasi tinja manusia yaitu makanan yang tidak
dimasak sampai matang atau masih mentah (karedok, salad), hal ini terjadi
apabila menggunakan tinja manusia sebagai pupuk.
Dimanakah
habitatnya?
Menurut World Health Organization (2005) “habitat Shigella dysenteriae terdapat pada usus besar manusia yang berisi
makanan dan minuman yang terkontaminasi, bakteri ini umumnya bertahan buruk di
luar tubuh manusia, karena tidak tahan terhadap sinar matahari langsung dan
suhu tertentu”. Jelas bakteri tersebut bertahan pada tubuh manusia, karena suhu
optimumnya 37ºC dimana pada suhu tersebut adalah suhu normal manusia.
Kapan
peranannya saat merugikan dan menguntungkan?
Shigella dysenteriae memiliki peranan merugikan dalam ekosistem, seperti yang telah dijelaskan di atas, bakteri ini termasuk ke
dalam bakteri pathogen yang dapat merugikan manusia di dalam saluran
pencernaan, dengan terjadinya diare berdarah. Untuk peranan positifnya, protein
pili Shigella dysenteriae 95 kDa
sebagai protein adhesin pada enterosit mencit galur balb/c (selengkapnya bisa
dibuka di http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/19762). Dikarenakan bakteri
tersebut bersifat pathogen, jadi saya pun sulit untuk menemukan peran menguntungkan lainnya terhadap ekosistem, sorry ya guys referensi yang saya temukan rata-rata
menyebutkan Shigella dysenteriae berdampak
negatif.
Bagaimana
sifat biokimia pada bakteri Shigella
dysenteriae?
Sifat biokimia yang khas
adalah negatif pada reaksi fermentasi adonitol, tidak membentuk gas pada
fermentasi glukosa, tidak membentuk H2S,
negatif terhadap sitrat, DNAse, lisin, fenilalanin, sukrosa, urease, VP,
monitol, laktosa (Jawetz, 2005).
Mengapa
bakteri Shigella dysenteriae bisa
sangat merugikan?
Karena penyakit ini
tergolong ke dalam penyakit menular dan mematikan, bila anak ditempatkan dipenitipan anak, panti asuhan, maupun di sekitar banyak orang akan berpeluang besar bagi bakteri tersebut untuk menyebar. So, kalau mau kemana-mana
harus liat kondisi tempat dan orang sekitar ya guys, karena jika kita menyentuh
benda atau bagian tubuh yang terkontaminasi bakteri yang awalnya disentuh si
penderita yang tidak mencuci tangan, kita bisa terinfeksi guys.
Bagaimana
solusi untuk penderita?
Solusi yang tepat untuk
mengatasi “bloody diarrhea” adalah
dengan memberikan oralit atau anda dapat meracik sendiri dengan 200cc air hangat
ditambahkan 1sdt gula dan ¼sdt garam. Adapun pengobatan herbalnya dengan
menggunakan kulit buah rambutan, kulit mahkota dewa, dsb (selengkapnya kunjungi
web http://disentri.org/).
Siapa
yang memberikan solusi untuk penderita?
Dengan kondisi penyakit
yang sangat parah ini, para medis mengusulkan untuk memberikan antibiotik
kepada penderita. Justru nakalnya Shigella
dysenteriae ternyata menunjukkan resistensi tinggi terhadap ampisilin, tetrasiklin,
trimetiprim-sulphamerhoxazole, dan kloramfenikol, yaitu obat yang biasa
digunakan untuk manajemen Shigellosis di Tanzania (Tanzania Health Research
Bulletin, 2007). Maka ada baiknya dengan menggunakan obat herbal yang telah
dijelaskan di atas.
Daftar
Pustaka
Jawetz, Melnick and Adelberg. 2005. Medical Microbiology. Salemba Medica
Page:353-357
World Health
Organization, 2005, Guidelines for the control of shigellosis, including
epidemics due to Shigella
dysenteriae type 1.
Edmundson SA, Edmundson WC. Diarrhoea in India and
Indonesia. Didapat dari: URL: http://www.midcoast.com.au/edmundsons/c8 .
diakses pada tgl 6 Juni 2015 pukul 23.15 WIB
Niyogi, S. “Shigellosis” The Journal of Microbiology. 2005.
Volume 43.p.133-43 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Retrieve&dopt=AbstractPlus&list_uids=15880088&query_h1=4&itool=pubmed_docsum .
diakses pada tgl 6 Juni 2015 pukul 21.30 WIB
Putri Nurul Munfaati*, Evie Ratnasari, Guntur
Trimulyono. LenteraBio Vol. 4 No. 1, Januari 2015. http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio . diakses pada tgl 6 Juni 2015 pukul 19.30 WIB
Tanzania Health
Research Bulletin (2007), Vol. 9, No. 3 http://www.bioline.org.br/pdf?rb07032 . diakses pada tgl 6 Juni 2015 pukul
22.00 WIB