Friday, April 24, 2015

Bakteri dalam Kehidupan Sehari-hari


Nama : Indah Chairunnisa
NIM : 1113016100050


Mikroba Pada Lantai Rumah



Apakah anda menyadari bahwa banyak sekali mikroba sejenis bakteri yang hidup disekitar anda? Bahkan tempat sekecil apapun pasti ada mikroba yang tumbuh disekitarnya, selama tempat tersebut adalah tempat yang aman dan nyaman untuk berkembang biaknya mikroba tersebut. Bila anda berada di tempat sebersih apapun selama makhluk itu memiliki bentuk mikroskopik dan tahan terhadap suhu tempat tersebut, anda tidak menyadari akan kehadirannya para mikroba yang siap menyerang tubuh anda, walaupun dalam keadaan bersih dapat mengurangi pertumbuhan atau bahkan mematikan mikroba tersebut (dengan menggunakan antiseptik).
Sebagian besar aktivitas kita bila berada di dalam rumah adalah di atas lantai, benarkah? Mulai dari berjalan, duduk – duduk, bermain dengan adik tercinta, bahkan sekedar hanya tidur – tiduran, yang tanpa kita ketahui bahwa lantai tersebut terdapat banyak sekali mikroba yang menempel secara tidak sengaja ke permukaan tubuh kita yang sedang bersentuhan langsung dengan lantai.
Dalam tulisan ini, saya akan membahas tentang mikroba dalam kehidupan sehari-hari khususnya pada mikroba yang berada di sekitar lantai rumah. Mari simak penjelasannya sebagai berikut.
Setiap individu harus menyadari akan pentingnya “Kebersihan” dalam kehidupan sehari-hari, dimanapun anda berada dan apapun yang anda lakukan, hendaknya selalu memerhatikan kebersihan (walaupun terkadang kita khilaf dan lupa betapa pentingnya kebersihan), kebersihan dalam hal ini bukanlah kebersihan yang terlalu berlebihan yang mana  kita wajib benar-benar bersih agar terhindar dari bakteri jahat, karena bila itu dilakukan maka sistem imun kita akan lemah sebab tidak terpancingnya sistem imun untuk melakukan pekerjaan yang akan melawan benda-benda asing di dalam tubuh kita. Namun kebersihan yang dimaksud adalah dengan menjaga pola hidup yang baik dari kebersihan agar penyerangan penyakit pada tubuh kita pun berkurang.
Lantai rumah dapat mempengaruhi terjadinya penyakit ISPA karena lantai yang tidak memenuhi standar merupakan media yang baik untuk perkembangbiakan bakteri atau virus penyebab ISPA. Lantai yang baik adalah lantai yang dalam keadaan kering dan tidak lembab. Bahan lantai harus kedap air dan mudah dibersihkan, keadaan lantai perlu diplester dan akan lebih baik apabila dilapisi ubin atau keramik yang mudah dibersihkan (Kemenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999).
Kebersihan lantai merupakan salah satu indikasi kebersihan suatu tempat secara umum, khusus nya kebersihan pada lantai rumah, dan dapat dikaitkan dengan penularan berbagai penyakit yang ditimbulkan ataupun penyebaran mikroorganisme yang tumbuh akibat lantai yang kurang bersih. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan lantai. Contohnya, kebiasaan melepas sepatu dan kaus kaki sebelum masuk ke rumah dapat mengurangi penyebaran mikroorganisme penyebab infeksi mata, perut dan paru-paru. Contoh lain, terlebih bila anda memiliki binatang peliharaan (misalnya kucing) yang dibiarkan bebas di dalam rumah, hal ini harus sangat diperhatikan karena ketika kucing tersebut keluar dari rumah pastinya tubuhnya itu akan dalam keadaan kotor yang disebabkan oleh banyak nya faktor yang berada di lingkungan luar (seperti debu, udara, tanah, dsb.), dan ketika kucing tersebut kembali lagi ke dalam rumah, maka otomatis lantai tempat kucing itu lewati pasti dalam keadaan kotor dan membawa mikroorganisme dari luar (entah mikroba tersebut menempel pada kaki, atau rambut kucing). Sehingga potensi timbulnya penyakit pun dapat terdeteksi dari faktor tersebut.
Mikroorganisme yang terdapat pada lantai adalah Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter cloacae, Salmonella sp., dan Staphylococcus aureus. Namun yang paling banyak dan sering ditemukan pada lantai adalah Escherichia coli, selain itu ada pula jenis mikroba Staphylococcus aureus yang hidup di lantai dan bersifat patogen bagi manusia (Warsa, U.C. 1994). Dari penjelasan beberapa macam mikroorganisme yang berada di lantai, dapat diidentifikasi masalah tentang nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroba tersebut, pertumbuhan mikroba serta faktornya, peranan mikroba, pengontrol mikroba, serta hubungan antara mikroba dengan lantai rumah. Untuk pembahasan kali ini, saya akan fokus membahas mikroba yang paling banyak terdapat pada lantai, yaitu Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
1.    Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek yang memiliki panjang sekitar 2 µm, diameter 0,7 µm, lebar 0,4-0,7µm dan bersifat anaerob fakultatif. Escherichia coli membentuk koloni yang bundar, cembung, dan halus dengan tepi yang nyata.
Escherichia coli adalah anggota flora normal usus Escherichia coli  berperan penting dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen-pigmen empedu, asam-asam empedu dan penyerapan zat-zat makanan. Escherichia coli  menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran pencernaan meningkat atau berada di luar usus. Escherichia coli menghasilkan enterotoksin yangmenyebabkan beberapa kasus diare.  Escherichia coli  berasosiasi dengan enteropatogenik menghasilkan enterotoksin pada sel epitel (Jawetz et al., 1995).


Pertumbuhannya adalah Escherichia coli akan berkembang biak bila ada tempat yang memungkinkan untuk melakukan perkembang biakan. Misalnya didukung dengan nutrisi yang cukup, serta faktor-faktor lain yang memicu pertumbuhannya seperti suhu, kelembapan udara, cahaya, dan sebagainya.



Klasifikasi Escherichia coli
Superdomain : Phylogenetica
Filum            : Proterobacteria
Kelas            : Proteobacteria
Ordo            : Enterobacteriales
Family          : Enterobacteriaceae
Genus           : Escherichia
Species         : Escherichia Coli

1.    Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus  merupakan bakteri Gram positif berbentuk  bulat
berdiameter 0,7 - 1,2 µm, tersusun dalam kelompok – kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20 – 25 ºC). Infeksi oleh  Staphylococcus aureus  ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus adalah bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis, meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan endokarditis (Ryan, et al., 1994).


Sebenarnya Staphylococcus aureus dapat hidup di berbagai tempat, khususnya di permukaan kulit, hidung, mulut, dan sekitar anus. Pada dasarnya Staphylococcus aureus hidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran pengeluaran lendir dari tubuh manusia dan hewan-hewan seperti hidung, mulut dan tenggorokan dan dapat dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin. Bakteri ini juga sering terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran usus.

Sebab adanya bakteri tersebut di lantai rumah adalah tersebarnya Staphylococcus aureus dari kontak langsung tubuh manusia dengan lantai, misalnya saat bersin – bersin dan batuk. Apabila kita bersin dalam keadaan hidung dan mulut yang tidak tertutup, maka secara langsung kita menyebarkan mikroba dari tubuh kita untuk keluar tubuh kita menuju tempat yang mikroba itu tuju, dalam hal ini percikan bersin ataupun batuk yang kita keluarkan akan menempel pada lantai (bila kita sedang dekat dengan lantai, bisa saja mikroba tersebut menempel pada benda-benda lain, dan lebih parahnya lagi apabila kita batuk di depan muka orang, tentunya penyebaran bakteri sangat cepat berpindah ke tubuh orang tersebut), terlebih apabila lantai tersebut dalam keadaan kotor dan seperti yang kita ketahui bahwa pertumbuhan mikroba sangatlah cepat di tiap menitnya.
Perkembangan Staphylococcus aureus  adalah pathogen invasive yaitu sifat dari Staphylococcus aureus yang memiliki sifat aktif untuk menyerang inang dengan cara memperbanyak diri dan berasosiasi dengan inang sehingga dapat menimbulkan infeksi. Daerah penyebarannya meliputi udara, debu, bahan - bahan pakaian (pakaian jadi, tempat tidur dan kerajinan tangan), lantai, air, sampah dan serangga. Staphylococcus aureus biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang dikonsumsinya, tangan yang kontaminasi dan keracunan pangan oleh staphylococcus aureus (Brooks et al., 2007).


Kaitannya Staphylococcus aureus dengan lantai rumah adalah dengan terjangkitnya penyakit ada hubungannya antara tangan, makanan, dan tempat. Apabila kita habis menyentuh lantai lalu langsung memegang makanan, atau makanan jatuh ke lantai dan langsung kita ambil kembali untuk dimakan, maka secara tidak disadari mikroba yang ukurannya sangat amat kecil telah menempel pada makanan sehingga terjadinya kontaminasi pada makanan tersebut. Anthony Hilton, profesor mikrobiologi di Aston University di Inggris, mengatakan bahwa mengonsumsi makanan yang jatuh di lantai berisiko menjadi sarana penularan infeksi. Ini karena di lantai terdapat banyak sekali bakteri dan muncul setiap waktu. Meskipun begitu, aturan "lima detik" (kalimat yang sering digunakan oelh kita pada saat ada makanan yang jatuh lalu cepat-cepat diambil kembali sebelum lima detik) mungkin tidak salah untuk diterapkan. Ternyata Aturan "lima detik" ini menurut para peneliti mungkin ada benarnya, karena lama jatuh dan tipe lantai menentukan berapa banyak mikroba yang mencemari makanan. Semakin lama makanan berada di lantai, semakin banyak mikroba yang mencemarinya. Sementara itu, untuk jenis lantai, yang paling "aman" dari perpindahan mikroba adalah lantai karpet.






Klasifikasi pada Staphylococcus aureus
Kingdom       : Monera
Divisi            : Firmicutes
Class            : Bacilli
Order           : Bacillales
Family          : Staphylococcaceae
Genus           : Staphilococcus
Spesies         : Staphilococcus aureus
Berdasarkan nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroba, khususnya mikroba pada lantai rumah. Pada mikroba yang terdapat di lantai, cara mendapatkan nutrisinya adalah dengan mengambil makanan – makanan sisa yang jatuh ke lantai. Mikroba mendapatkan nutrisi untuki kepentingan pertumbuhannya, yaitu untuk mendapatkan energi, nitrogen untuk proses sintesis protein, vitamin, serta mineral.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba pada lantai yaitu :
a.    pH (derajat keasaman)
b.    Kelembaban udara/ventilasi udara
c.    Suhu/temperature
Suhu / temperature merupakan faktor fisis yang sangat penting dan mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Sehingga perubahan temperatur akan berpengaruh langsung terhadap sistem enzim bakteri. Pada suhu optimum pertumbuhan bakteri berlangsung dengan cepat. Diluar kisaran suhu optimum, pertumbuhan bakteri menjadi lambat atau tidak ada pertumbuhan. Suhu juga dapat mempengaruhi pembentukan pigmen, ini berarti bahwa pigmen hanya dihasilkan bila diinkubasikan pada suhu tertentu (Sudarmono, P. 1993).
d.    Nutrisi
Apabila nutrisi terpenuhi, maka semakin cepat pertumbuhan mikrobanya.
e.    Kepadatan penghuni rumah
f.     Dan faktor lain – lain seperti : kaki kotor, banyak sisa makanan yang terjatuh ke lantai, lantai yang jarang dibersihkan, aktivitas dapur, dan sebagainya.
Kemudian, peranan mikroba – mikroba yang berada dalam rumah kita khususnya mikroba yang berasal dari lantai rumah adalah kalau pada bakteri Staphylococcus aureus yaitu sebagai pathogen karena mampu menghasilkan toksin (toksinnya dapat bertahan pada suhu air mendidih 100 C selama 10 menit) pada saat kondisi tertentu. Pada bakteri Escherichia coli yang tidak berbahaya dapat menguntungkan manusia dengan memproduksi vitamin K2, atau dengan mencegah bakteri lain di dalam usus, serta Escherichia coli banyak digunakan dalam teknologi rekayasa genetika. Biasa digunakan sebagai vektor untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. Escherichia coli dipilih karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya.
Pengontrolan mikroba pada lantai dapat dilakukan dengan cara membersihkan lantai menggunakan cairan pembersih lantai yang terkandung zat desinfektan di dalamnya. Karena zat tersebut mampu membunuh kuman sejenis bakteri pada lantai. Namun dari sekian banyaknya produk pembersih lantai yang mempromosikan bahwa produk tersebut ampuh membasmi mikroba yang terdapat di lantai, sangat perlu diuji kebenarannya di lab (pengujian ini dapat dilakukan bila anda tahu cara pengujiannya, atau lebih praktis produk pembersih lantai yang baik biasanya harganya pun cukup mahal).
Disinfektan adalah produk atau biosida yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme di dalam maupun di permukaan suatu benda mati. Zat ini tidak harus bersifat sporosidal, melainkan sporostatik yaitu dapat menghambat pertumbuhan kuman. Antiseptik adalah produk atau biosida yang dapat menghancurkan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme di dalam maupun permukaan suatu jaringan hidup. Sedangkan sterilisasi adalah suatu proses fisik atau kimiawi yang menghancurkan atau menghilangkan semua mikroorganisme, termasuk spora (Brooks et al., 2007).
Hubungan antara mikroba dengan lantai adalah kaitannya sangat erat, dimana setiap aktifitas yang kita lakukan dirumah adalah kebanyakan di atas lantai, yang merupakan tempat berpijaknya kaki kita (entah kaki kita ersih atau kotor), serta kotoran-kotoran lain yang masuk ke dalam rumah seperti debu, dsb. Sebab lantai terdapat mikroba yang sangat banyak, di atas sudah dijelaskan. Sehingga memang pada dasarnya mikroba dapat tumbuh dimana saja apabila tempat yang disinggahi berkecukupan untuk hidup.




Daftar Pustaka
Brooks et al. 2007. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg Medical Edisi
ke 23. Terjemahan dari Jawetz, Melnick, & Adelberg’s Medical Microbiology,
23th ed. Huriawati Hartanto. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Jawetz E., J. L. Melnick, E. A. Adelberg, G. F. Brooks, J. S. Butel, L. N. Ornston.
1995. Mikrobiologi Kedokteran, ed. 20. San Francisco : University of California.
Ryan, K.J., J.J. Champoux, S. Falkow, J.J. Plonde, W.L. Drew, F.C. Neidhardt,
and C.G. Roy. 1994. Medical Microbiology An Introduction to Infectious
Diseases. 3rd ed. Connecticut: Appleton&Lange.
Sudarmono, P. 1993. Genetika dan Resistensi, Mikrobiologi Kedokteran FKUI.
Jakarta : Bina Rupa Aksara
Warsa, U.C. 1994. Staphylococcus dalam Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi
Revisi. Jakarta : Penerbit Binarupa Aksara.
Diakses pada tanggal 22 April 2015 pukul 19.50 WIB
Dua mikro. 2008. Media Pertumbuhan Mikroorganisme. http://www.dunia_mikro.com/2008/08media_pertimbuhan_mikroorganisme.html
          Diakses pada tanggal 24 April 2015 pukul 22.00 WIB
            Diakses pada tanggal 24 April 2015 pukul 21.30 WIB