Nama : Indah Chairunnisa
NIM : 1113016100050
Mikroba
Pada Lantai Rumah
Apakah anda menyadari bahwa
banyak sekali mikroba sejenis bakteri yang hidup disekitar anda? Bahkan tempat
sekecil apapun pasti ada mikroba yang tumbuh disekitarnya, selama tempat
tersebut adalah tempat yang aman dan nyaman untuk berkembang biaknya mikroba
tersebut. Bila anda berada di tempat sebersih apapun selama makhluk itu
memiliki bentuk mikroskopik dan tahan terhadap suhu tempat tersebut, anda tidak
menyadari akan kehadirannya para mikroba yang siap menyerang tubuh anda,
walaupun dalam keadaan bersih dapat mengurangi pertumbuhan atau bahkan mematikan
mikroba tersebut (dengan menggunakan antiseptik).
Sebagian besar aktivitas
kita bila berada di dalam rumah adalah di atas lantai, benarkah? Mulai dari
berjalan, duduk – duduk, bermain dengan adik tercinta, bahkan sekedar hanya tidur
– tiduran, yang tanpa kita ketahui bahwa lantai tersebut terdapat banyak sekali
mikroba yang menempel secara tidak sengaja ke permukaan tubuh kita yang sedang
bersentuhan langsung dengan lantai.
Dalam tulisan ini, saya
akan membahas tentang mikroba dalam kehidupan sehari-hari khususnya pada
mikroba yang berada di sekitar lantai rumah. Mari simak penjelasannya sebagai
berikut.
Setiap individu harus
menyadari akan pentingnya “Kebersihan” dalam kehidupan sehari-hari, dimanapun
anda berada dan apapun yang anda lakukan, hendaknya selalu memerhatikan
kebersihan (walaupun terkadang kita khilaf dan lupa betapa pentingnya
kebersihan), kebersihan dalam hal ini bukanlah kebersihan yang terlalu
berlebihan yang mana kita wajib
benar-benar bersih agar terhindar dari bakteri jahat, karena bila itu dilakukan
maka sistem imun kita akan lemah sebab tidak terpancingnya sistem imun untuk
melakukan pekerjaan yang akan melawan benda-benda asing di dalam tubuh kita.
Namun kebersihan yang dimaksud adalah dengan menjaga pola hidup yang baik dari
kebersihan agar penyerangan penyakit pada tubuh kita pun berkurang.
Lantai
rumah dapat mempengaruhi terjadinya penyakit ISPA karena lantai yang tidak
memenuhi standar merupakan media yang baik untuk perkembangbiakan bakteri atau
virus penyebab ISPA. Lantai yang baik adalah lantai yang dalam keadaan kering
dan tidak lembab. Bahan lantai harus kedap air dan mudah dibersihkan, keadaan
lantai perlu diplester dan akan lebih baik apabila dilapisi ubin atau keramik
yang mudah dibersihkan (Kemenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999).
Kebersihan lantai merupakan
salah satu indikasi kebersihan suatu tempat secara umum, khusus nya kebersihan pada
lantai rumah, dan dapat dikaitkan dengan penularan berbagai penyakit yang
ditimbulkan ataupun penyebaran mikroorganisme yang tumbuh akibat lantai yang
kurang bersih. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan
lantai. Contohnya, kebiasaan melepas sepatu dan kaus kaki sebelum masuk ke
rumah dapat mengurangi penyebaran mikroorganisme penyebab infeksi mata, perut
dan paru-paru. Contoh lain, terlebih bila anda memiliki binatang peliharaan (misalnya
kucing) yang dibiarkan bebas di dalam rumah, hal ini harus sangat diperhatikan
karena ketika kucing tersebut keluar dari rumah pastinya tubuhnya itu akan
dalam keadaan kotor yang disebabkan oleh banyak nya faktor yang berada di
lingkungan luar (seperti debu, udara, tanah, dsb.), dan ketika kucing tersebut
kembali lagi ke dalam rumah, maka otomatis lantai tempat kucing itu lewati
pasti dalam keadaan kotor dan membawa mikroorganisme dari luar (entah mikroba
tersebut menempel pada kaki, atau rambut kucing). Sehingga potensi timbulnya
penyakit pun dapat terdeteksi dari faktor tersebut.
Mikroorganisme yang
terdapat pada lantai adalah Escherichia coli, Pseudomonas
aeruginosa, Enterobacter cloacae, Salmonella sp., dan Staphylococcus aureus. Namun yang paling
banyak dan sering ditemukan pada lantai adalah Escherichia coli, selain itu ada pula jenis mikroba Staphylococcus aureus yang hidup di
lantai dan bersifat patogen bagi manusia (Warsa,
U.C. 1994). Dari penjelasan beberapa
macam mikroorganisme yang berada di lantai, dapat diidentifikasi masalah tentang
nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroba tersebut, pertumbuhan mikroba serta
faktornya, peranan mikroba, pengontrol mikroba, serta hubungan antara mikroba
dengan lantai rumah. Untuk pembahasan kali ini, saya akan fokus
membahas mikroba yang paling banyak terdapat pada lantai, yaitu Escherichia
coli
dan Staphylococcus aureus.
1. Escherichia
coli
Escherichia coli merupakan
bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek yang memiliki panjang sekitar 2
µm, diameter 0,7 µm, lebar 0,4-0,7µm dan bersifat anaerob fakultatif. Escherichia
coli membentuk koloni yang bundar, cembung, dan halus dengan tepi
yang nyata.
Escherichia coli adalah anggota flora normal
usus Escherichia coli berperan penting dalam sintesis vitamin K,
konversi pigmen-pigmen empedu, asam-asam empedu dan penyerapan zat-zat makanan.
Escherichia coli menjadi
patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran pencernaan meningkat atau berada
di luar usus. Escherichia coli
menghasilkan enterotoksin yangmenyebabkan beberapa kasus diare. Escherichia coli berasosiasi dengan enteropatogenik menghasilkan enterotoksin
pada sel epitel (Jawetz et al., 1995).
Pertumbuhannya adalah Escherichia coli akan berkembang biak
bila ada tempat yang memungkinkan untuk melakukan perkembang biakan. Misalnya didukung
dengan nutrisi yang cukup, serta faktor-faktor lain yang memicu pertumbuhannya
seperti suhu, kelembapan udara, cahaya, dan sebagainya.
Klasifikasi Escherichia coli
Superdomain :
Phylogenetica
Filum :
Proterobacteria
Kelas :
Proteobacteria
Ordo :
Enterobacteriales
Family :
Enterobacteriaceae
Genus :
Escherichia
Species :
Escherichia Coli
1. Staphylococcus
aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat
berdiameter 0,7 - 1,2 µm, tersusun
dalam kelompok – kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur, fakultatif
anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh pada
suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20 –
25 ºC). Infeksi oleh Staphylococcus aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang
disertai abses bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus adalah bisul,
jerawat, impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia,
mastitis, plebitis, meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan endokarditis
(Ryan, et al., 1994).
Sebenarnya Staphylococcus aureus dapat
hidup di berbagai tempat, khususnya di permukaan kulit, hidung, mulut, dan
sekitar anus. Pada dasarnya Staphylococcus
aureus hidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran pengeluaran lendir
dari tubuh manusia dan hewan-hewan seperti hidung, mulut dan tenggorokan dan
dapat dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin. Bakteri ini juga sering
terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran
usus.
Sebab adanya bakteri
tersebut di lantai rumah adalah tersebarnya Staphylococcus
aureus dari kontak langsung tubuh manusia dengan lantai, misalnya saat
bersin – bersin dan batuk. Apabila kita bersin dalam keadaan hidung dan mulut
yang tidak tertutup, maka secara langsung kita menyebarkan mikroba dari tubuh
kita untuk keluar tubuh kita menuju tempat yang mikroba itu tuju, dalam hal ini
percikan bersin ataupun batuk yang kita keluarkan akan menempel pada lantai (bila
kita sedang dekat dengan lantai, bisa saja mikroba tersebut menempel pada
benda-benda lain, dan lebih parahnya lagi apabila kita batuk di depan muka
orang, tentunya penyebaran bakteri sangat cepat berpindah ke tubuh orang
tersebut), terlebih apabila lantai tersebut dalam keadaan kotor dan seperti
yang kita ketahui bahwa pertumbuhan mikroba sangatlah cepat di tiap menitnya.
Perkembangan Staphylococcus aureus adalah pathogen invasive yaitu sifat dari Staphylococcus
aureus yang memiliki sifat aktif untuk menyerang inang dengan cara
memperbanyak diri dan berasosiasi dengan inang sehingga dapat menimbulkan
infeksi. Daerah penyebarannya meliputi udara, debu, bahan - bahan
pakaian (pakaian jadi, tempat tidur dan kerajinan tangan), lantai, air, sampah
dan serangga. Staphylococcus aureus biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui
makanan yang dikonsumsinya, tangan yang kontaminasi dan keracunan pangan oleh staphylococcus aureus (Brooks et al.,
2007).
Kaitannya Staphylococcus
aureus dengan lantai rumah adalah dengan
terjangkitnya penyakit ada hubungannya antara tangan, makanan, dan tempat. Apabila
kita habis menyentuh lantai lalu langsung memegang makanan, atau makanan jatuh
ke lantai dan langsung kita ambil kembali untuk dimakan, maka secara tidak
disadari mikroba yang ukurannya sangat amat kecil telah menempel pada makanan
sehingga terjadinya kontaminasi pada makanan tersebut. Anthony Hilton,
profesor mikrobiologi di Aston University di Inggris, mengatakan bahwa
mengonsumsi makanan yang jatuh di lantai berisiko menjadi sarana penularan
infeksi. Ini karena di lantai terdapat banyak sekali bakteri dan muncul setiap
waktu. Meskipun begitu, aturan "lima detik" (kalimat yang sering
digunakan oelh kita pada saat ada makanan yang jatuh lalu cepat-cepat diambil
kembali sebelum lima detik) mungkin tidak salah untuk diterapkan. Ternyata Aturan
"lima detik" ini menurut para peneliti mungkin ada benarnya, karena
lama jatuh dan tipe lantai menentukan berapa banyak mikroba yang mencemari
makanan. Semakin lama makanan berada di lantai, semakin banyak mikroba yang
mencemarinya. Sementara itu, untuk jenis lantai, yang paling "aman"
dari perpindahan mikroba adalah lantai karpet.
Klasifikasi pada Staphylococcus aureus
Kingdom : Monera
Divisi : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphilococcus
Spesies : Staphilococcus
aureus
Berdasarkan nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroba, khususnya
mikroba pada lantai rumah. Pada mikroba yang terdapat di lantai, cara
mendapatkan nutrisinya adalah dengan mengambil makanan – makanan sisa yang
jatuh ke lantai. Mikroba mendapatkan nutrisi untuki kepentingan pertumbuhannya,
yaitu untuk mendapatkan energi, nitrogen untuk proses sintesis protein,
vitamin, serta mineral.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba pada
lantai yaitu :
a. pH (derajat keasaman)
b. Kelembaban udara/ventilasi udara
c. Suhu/temperature
Suhu / temperature merupakan faktor fisis
yang sangat penting dan mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan
mikroorganisme. Sehingga perubahan temperatur akan berpengaruh langsung
terhadap sistem enzim bakteri. Pada suhu optimum pertumbuhan bakteri
berlangsung dengan cepat. Diluar kisaran suhu optimum, pertumbuhan bakteri
menjadi lambat atau tidak ada pertumbuhan. Suhu juga dapat mempengaruhi pembentukan
pigmen, ini berarti bahwa pigmen hanya dihasilkan bila diinkubasikan pada suhu
tertentu (Sudarmono, P. 1993).
d. Nutrisi
Apabila nutrisi terpenuhi,
maka semakin cepat pertumbuhan mikrobanya.
e. Kepadatan penghuni rumah
f. Dan faktor lain – lain seperti : kaki kotor, banyak sisa
makanan yang terjatuh ke lantai, lantai yang jarang dibersihkan, aktivitas
dapur, dan sebagainya.
Kemudian,
peranan mikroba – mikroba yang berada dalam rumah kita khususnya mikroba yang berasal
dari lantai rumah adalah kalau pada bakteri Staphylococcus
aureus yaitu sebagai pathogen karena mampu menghasilkan toksin (toksinnya
dapat bertahan pada suhu air mendidih 100 0 C selama 10
menit) pada saat kondisi tertentu. Pada bakteri Escherichia
coli yang tidak
berbahaya dapat menguntungkan manusia dengan memproduksi vitamin K2, atau dengan mencegah bakteri lain di dalam usus,
serta Escherichia coli banyak digunakan dalam teknologi rekayasa genetika. Biasa digunakan sebagai vektor untuk
menyisipkan gen-gen tertentu
yang diinginkan untuk dikembangkan. Escherichia coli
dipilih karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam
penanganannya.
Pengontrolan mikroba pada
lantai dapat dilakukan dengan cara membersihkan lantai menggunakan cairan
pembersih lantai yang terkandung zat desinfektan di dalamnya. Karena zat
tersebut mampu membunuh kuman sejenis bakteri pada lantai. Namun dari sekian
banyaknya produk pembersih lantai yang mempromosikan bahwa produk tersebut
ampuh membasmi mikroba yang terdapat di lantai, sangat perlu diuji kebenarannya
di lab (pengujian ini dapat dilakukan bila anda tahu cara pengujiannya, atau
lebih praktis produk pembersih lantai yang baik biasanya harganya pun cukup
mahal).
Disinfektan adalah produk atau biosida yang digunakan untuk membunuh
mikroorganisme di dalam maupun di permukaan suatu benda mati. Zat ini tidak
harus bersifat sporosidal, melainkan sporostatik yaitu dapat menghambat pertumbuhan
kuman. Antiseptik adalah produk atau biosida yang dapat menghancurkan atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme di dalam maupun permukaan suatu jaringan
hidup. Sedangkan sterilisasi adalah suatu proses fisik atau kimiawi yang
menghancurkan atau menghilangkan semua mikroorganisme, termasuk spora (Brooks et al., 2007).
Hubungan antara mikroba
dengan lantai adalah kaitannya sangat erat, dimana setiap aktifitas yang kita
lakukan dirumah adalah kebanyakan di atas lantai, yang merupakan tempat
berpijaknya kaki kita (entah kaki kita ersih atau kotor), serta kotoran-kotoran
lain yang masuk ke dalam rumah seperti debu, dsb. Sebab lantai terdapat mikroba
yang sangat banyak, di atas sudah dijelaskan. Sehingga memang pada dasarnya
mikroba dapat tumbuh dimana saja apabila tempat yang disinggahi berkecukupan
untuk hidup.
Daftar
Pustaka
Brooks et al. 2007. Mikrobiologi
Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg Medical Edisi
ke
23.
Terjemahan dari Jawetz, Melnick, & Adelberg’s Medical Microbiology,
23th ed. Huriawati
Hartanto. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Jawetz E., J. L. Melnick, E. A. Adelberg, G. F. Brooks,
J. S. Butel, L. N. Ornston.
1995. Mikrobiologi Kedokteran, ed. 20. San Francisco : University of
California.
Ryan,
K.J., J.J. Champoux, S. Falkow, J.J. Plonde, W.L. Drew, F.C. Neidhardt,
and C.G. Roy. 1994. Medical
Microbiology An Introduction to Infectious
Diseases. 3rd ed. Connecticut: Appleton&Lange.
Sudarmono,
P. 1993. Genetika dan Resistensi,
Mikrobiologi Kedokteran FKUI.
Jakarta : Bina Rupa Aksara
Warsa,
U.C. 1994. Staphylococcus dalam Buku Ajar
Mikrobiologi Kedokteran. Edisi
Revisi. Jakarta : Penerbit Binarupa Aksara.
Diakses
pada tanggal 22 April 2015 pukul 19.50 WIB
Diakses pada tanggal 24 April 2015
pukul 22.00 WIB
Diakses pada tanggal 24 April 2015 pukul 21.30 WIB